Balai Sahabat Yang Makin Merana...

12.16.2009


Gedung ini terletak di Jl. Gentengkali N0.89-91 Surabaya dulunya adalah merupakan bangunan peninggalan jaman kolonial Belanda, dan gedung ini dimasanya terkenal sebagai Club House. Namun karena kurangnya perhatian dari pemiliknya ( bangunan ini sekarang dimiliki oleh yayasan ) maka bangunan kuno yang dulunya menampakkan kemegahan ini kini sekarang nyaris tak berbekas.
Gedung ini menurut catatan dibangun pada tahun 1930-an, pada awalnya gedung ini adalah gedung perkumpulan orang-orang Jerman bernama DEUCSE yaitu, perkumpulan orang-orang Eropa, khususnya orang Jerman dan Belanda yang mempunyai kegemaran dansa.
Dilihat dari luasnya bangunan yang mencapai 3.974 m3 mungkin bangunan ini merupakan gedung perkumpulan "societit" terbesar di Surabaya.
Tahun 1946, gedung ini dibeli oleh pengusaha tiong hoa bernama Phoe Sin Khoen, kemudian dihibahkan kepada perkumpulan maka, perkumpulan yang tadinya bernama Deucse berganti menjadi Lien Huan She dan seiring berjalannya waktu gedung ini berubah nama menjadi BALAI SAHABAT hingga sekarang. Sebagai catatan bahwa gedung ini pernah dipakai oleh Kostrad.
Gedung ini menurut perkumpulan Balai Sahabat merupakan perkumpulan komunitas yang beragam kegiatannya, sedang dansa ( yang sampai sekarangpun masih dilaksanakan) adalah merupakan sebagian dari kegiatan perkumpulan ini, sedang kegiatan yang lain yang dulu misalnya; Tenis, Bridge, Biliard dan Yoga, Namun karena gedung ini makin lama makin tidak terawat dan sudah jarang disewa untk keperluan pesta perkawinan dan lain-lain maka gedung ini makin lama makin mengenaskan, dan yang paling menjadi penyebab utama dari makin terpuruknya bangunan ini adalah tidak adanya insvestor yang mau menjalin kerjasama untuk mengelola dan dalam perkembangan selanjutnya keadaan ini makin diperdalam dengan munculnya dualisme kepengurusan dan muncul kabar bahwa Balai Sahabat ini akan dijual, namun dari salah seorang pengurusnya mengatakan; tidak masalah saya dilengserkan dari pengurus karena memang saya berharap ada regenerasi, tapi jangan buat isu macam-macam" demikian dia mengatakan, dan apakah benar gedung ini akan dijual, besar harapan saya semoga segera Pemerintah Kota mengeluarkan peraturan baru yang berisikan daftar nama-nama bangunan sejarah yang akan menjadi benda/bangunan cagar budaya, dan salah satunya Balai Sahabat ini masuk dalam daftar tersebut, dan tentunya kedepan bangunan ini akan mendapat perhatian dari pihak-pihak yang berkepentingan denga banguna ini, sehingga bangunan sejarah ini akan menjadi pratanda sejarah dari sebuah budaya masyarakat Surabaya.

Tua di tengah kota dan masih cantik...

12.11.2009


Apotik Simpang atau rumah obat " Simpangsche Apotheek "  data lain menyebutnya dengan " Nedherlandsche Anneming Herman Smeets Maattschappy " sudah didirikan tahun 1855 dibekas tanah yang dulunya adalah tanah bekas gardu wartel, oleh arsitek Herman Smeets.
Daerah Simpang berada di tengah-tengah kota Surabaya, dulu tahun 1787 disebut dengan Sembang, tahun 1825 disebut nya Kampung Simpang dan pada tahun 1866 sudah ada Simpah Doekoeh.
Pada awal tahun 1930 apotik simpang ini pernah direnovasi, dan seperni yang terlihat sampai sekarang bangunan ini dan seperti bangunan-bangunan yang lain yang ada di kota Surabaya, masih bergaya Art Deco.
Karena gedungnya yang menurut kami sangat luas dan panjang kearah Selatan maka, di gedung ini selain dipakai sebagai apotik juga, dipakai dan masih sampai sekarang adalah untuk toko " Accasion " yaitu toko mobil serta toko alat-alat olah raga "Atal Sport ".
Meski bangunan ini sudah tua, tapi karena tempatnya yang strategis, yaitu persis ditengah-tengah dan diujung jalan maka, gedung ini juga dipakai untuk memasang bebrapa reklame, sehingga menurut kami papan-papan reklame tersebut dapat mengganggu pemandangan gedung kuno yang masih tampak cantik ini.

Beberapa puluh meter dari Apotik Simpang ke arah Timur, kita akan menemukan bangunan cagar budaya yang lain yaitu; Kantor Gubernur.  Bangunan ini dibangun pada masa pemerintahan VOC, Gezaghebber (penguasa) Dirk Van Hoogendrop pada tahun 1794 - 1798. Bagian gedung yang kita lihat sekarang ini sebenarnya adalah bagian belakang, sedang bagian depannya adalah yang menghadap ke arah sungai Kalimas, sehingga dahulu penghuninya dapat melihat kapal-kapal yang melewati sungai tersebut.
Baru tahun 1802 gedung ini dirubah letaknya dan menjadi menghadap ke selatan seperti sekarang ini.
pada tahun 1809 gedung ini mengalami renovasi oleh perantaraan Gubernur G.G. Danendeles dan digunakan sebagai tempat rumah dinas  Residen.
Sejak tahun 1929 rumah ini beralih fungsi menjadi rumah dinas Gubernur Jawa Timur dan, sejak tahun 1949 gedung ini berubah nama menjadi Gedung Negara Grahadi, Grahadi merupakan bahasa Sansekerta yang terdiri dari 2 kalimat yaitu GRAHA yang berarti rumah dan ADI yang memiliki arti ternama.

Maih berada di sisi Utara Jl. Gubernur Suryo, persis bebrapa meter dari Gedung Grahadi, dipojok terdapat sebuah bangunan yang tak kalah menariknya pula, yaitu Gedung Balai Pemuda. Gedung ini dalam sejarahnya  memiliki sejarah yang kelam khususnya bagi warga pribumi, sebab dahulu gedung ini hanya boleh dimasuki oleh orang-orang Belanda dan warga pribumi dilarang masuk, bahkan dalam prasastinya sebagian tulisannya berbunyi : " di jaman Belanda gedung ini dipakai klas orang kulit putih, orang pribumi dan anjing dilarang masuk,.......". Gedung ini sebetulnya pindahan dari gedung yang lama yang sebelumnya berada di ujung selatan jalan Embong Malang, dipojok dengan jalan Tunjungan yang dibangun tahun 1850, kemudian pindah ke tempat ini Bangunan ini tahun 1907 - 1945 adalah milik perkumpulan orang-orang Belanda bernama " De Simpangshe Societeit " yaitu tempat orang-orang Belanda berpesta ria, dansa, dan lain-alin.
Oleh Arek-arek Suroboyo yang tergabung dalam Pemuda Republik Indonesia ( PRI ) dan dengan pertempuran sengit tahun 1945 akhirnya bangunan ini dapat dikuasai dan dijadikan markas pemuda dan gedung ini juga sempat dikuasai oleh Penguasa Militer Propinsi Jawa Timur (PMP) tahun 1945 dan tahun 1950 .
Tahun 1957 gedung ini oelh PMP Jawa Timur diserahkan kepada Dewan Pemerintah Daerah dan pada tahun ini pula pada tanggal 10 Desember 1957, dalam rangka pembebasan Irian Barat diserah terimakan kepada Dewan Pemerintahan Daerah Kota Praja Surabaya dan dalam perkembangannya gedung ini digunakan sebagai pusat kegiatan-kegiatan sosial, juga sebagai tempat berkesenian.


Depot Ice Cream ini didirikan untuk memenuhi selera orang Eropa yang gemar ice cream oleh Renato Zangrandi pada tahun 1930.Dulunya depot ini bernama Renato Zangrandi's Ijspaleis dan sekarang depot ini terkenal dengan nama ice cream Zangrandi.Rasa ice creamnya pun dari dulu sampai sekarang tidaklah berubah, dengan tekstur ice cream yang agak kasar dan tidak benyak menggunakan susu maka, keaslian cita rasa ini bisa dijaga sehingga inilah yang menjadi daya tarik wisatawan untuk menikmati rasa ice cream yang Old Style, coba saja Tutti Frutti dan Avocado Fudge, rasanya masih sama seperti pertama kali kedua jenis ice cream ini dibuat.

 
Balai Kota (Raadhuis) Surabaya berada di Jl. Gubernur Suryo tapi sebenarnya berada di daerah Kampung Ketabang.
Bangunan bergaya arsitektur Art Deco ini dibangun tahun 1920 - 1925, berdasarkan karya arsitek Cornelis Citroen ( 1881 - 1935 ).
Banunan ini sekarang berfungsi sebagai Kantor Pemerintah Kota Surabaya, dan karena fungsinya sebagai kantor Walikota maka, selain bangunan ini masih nampak indah juga masih terkesan cantik.