Menikmati bangunan lama, menumpahkan rinduku.

3.11.2010

Pernah suatu pagi saya sedang libur sendirian, bingung mau dibawa kemana mata ini, dan akhirnya dalam pikiran saya teringat bahwa, pernah bahkan bisa dikatan sering melintas di jalan sekitar pasar ikan Pabean saya sempat menyaksikan bebrapa bangunan yang boleh saya katakan kuno, dan seketika itu pula lansung saya ingin melihat-lihat kembali beberapa bangunan yang ada disekitar daerah itu. 
Karena posisi tempat tinggal kami ada di tengah sedang tempat yang kami tuju ada disini selatan Surabaya maka, tentu akan melewati jalan Dukuh, dan di daerah ini saya sempat tertarik dengan salah jajaran gedung yang ada disisi kanan jalan ini tepatnya di Jl. Dukuh no. 32 A, gedung ini menurut saya jelas bangunan kuno namun sayang, seperti bangunan tempat tinggal kuno yang lainnya, bangunan ini tampak tidak terawat dan kondisinya sangat memprihatinkan, padahal saya yakin jika bangunan ini dipelihara akan terlihat sangat bagus dan tentu juga merupakan usaha melestarikan peninggalan bangunan kuno yang ada di kota ini.
Selain bangunan lama yang ada di jalan Dukuh itu saya juga sempat juga melihat satu bangunan yang menurut hemat saya tergolong aneh, mengapa ? kita mengetahui bahwa disekitar daerah Pasar Pabean, disana lingkungannya adalah mayoritas beragama Islam, hal ini bisa kita buktikan dengan banyaknya pedagang yang memiliki ciri khas Etnis Arab,  yang nota bene adalah pemeluk Agama Islam, tapi setelah kita akan meninggalkan pasar Pabean dan melewati Jalan Panggung disana kita akan menyaksikan satu bangunan yang warnanya lain dari warna yang ada di sekitarnya, dan yang menjadikan saya heran bahwa ternyata bangunan itu adalah sebuah gereja yang menurut hemat kami masih difungsikan keberadaannya.
Gereja Bethel, menilik bangunannya gedung ini juga masih merupakan gedung tua, tapi karena masih difungsikan maka jika dibandingkan dengan gedung-gedung yang lain yang ada disekitarnya, gedung ini masih terlihat terawat.

Setelah melewati jalan Panggung, saya tidak langsung ke arah utara untuk pulang tapi, saya langsung berpitar haluan dan langsung berjalan menyusuri jalan disamping sungai Kalimas yang legendaris ini, persis di sisi utara Jembatan Merah untuk menuju ke kawasan  Surabaya Utara yang lain.
Menyusuri jalan ini selain sering aku lakukan tetapi ada satu hal yang terlewatkan yaitu, bahwa di jalan ini terpasang rel kereta api, saya terus bertanya-tanya dalam hati, apakah rel KA ini keberadaanya memang sudah lama ada atau baru-baru saja, tapi melihatnya saya yakin kalau jalan KA ini termasuk kuno, tapi saya sendiri juga tak yakin sebab selama ini saya tak pernah membaca tulisan - tulisan tentang keberadaan rel KA yang ada di sisi timur jalan Kalimas ini, dan mungkin dikesempatan lain saya dapatkan data sebuah rel yang melintang dari utara ke selatan.
Menghabiskan jalan menyusuri samping Kalimas ke utara langsung perjalanan aku teruskan lagi dan mendekati dermaga Ujung Perak.
Disini sekali lagi saya mencoba mendatangi bangunan cagar budaya kemablai yaitu Kantor Administrator Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya atau lebih dikenal dengan sebutan MENARA SYAHBANDAR, yang lokasi persisnya ada disamping dermaga ujung itu tepatnya di Jl. Kalimas Baru No. 194.
 
Bangunan ini berada persis disamping gedung administrasi Syahbandar Surabaya, dimana pada tahun 1945 bangunan yang bercat putih ini pernah digunakan sebagai markas Serikat Pelayaran Indonesia ( SPI ) yang kemudian tergabung dalam BKR Laut.
Selesai menikmati gedung di daerah Perak ini saya langsung kembali ke arah kota dan seperti biasa saya akan melewati jalan Rajawali yang penuh dengan bangunan-bangunan lawas peninggalan jaman Belanda.
Dan sebelum sampai di ujung jalan Rajawali saya terus belok kekanan dan tiba-tiba saya ingat akan suatu bangunan yang belum pernah saya jelajahi tetapi malah sudah dijelajahi oleh sahabat belum lihat bangunan ini adalah gedung yang merupakan PABRIK LIMOEN yang sudah tergolong lama bernama " J.C. van DRONGELEN HELLFACH " yang berada di Jl. Mliwis No. 5, Surabaya.
Menilik bangunan pabrik limun yang ada di sini dan bangunan-bangunan yang ada disekitarnya, kita sudah bisa mengira bahwa, disini masih terdapat banyak bangunan yang bersejarah yang patuh kita lestarikan, seperti contoh bangunan yang ada di samping pabrik limun tersebut, bangunan ini juga menampakkan usianya yang sudah tua juga, dan tentunya bangunan-bangunan lain yang ada disekitarnya.
Itulah beberapa bangunan yang sempat saya singgahi di jelajah kuno pagi itu yang berakhir hingga pada siang harinya.
Tak terasa bahwa hari itu menjadi hari yang menyenangkan bagi saya karena ternyata saya bolehlah menumpahkan rinduku pada bangunan-bangunan kuno klangenanku.

1 komentar:

annosmile mengatakan...

memang banyak bangunan kuno di indonesia
namun sayang, sebagian besar sudah banyak mengalami renovasi dan perubahan bahkan ada yang telah diruntuhkan dan diganti menjadi bangunan baru..
di jogja juga tinggal sedkit bangunan kunonya
entah sampai kapan bangunan tersbut bertahan..

Posting Komentar